Aku tidak tahu apa yang bikin cerlang mata itu digdaya. Yang jelas ia bikin gamang.
Perempuan datang dengan sejuta asa. Tekadnya kokoh sepejal selonjor cemara menjulang.
Perempuan pergi dengan tangis. Ah, mana aku tahu isi hatimu. Itu palung terlampau dalam menyublim berani.
Labirinmu menyesatkanku dalam jalan memutar tiada batas.
Perempuan datang kembali dengan sejuta mimpi. Bahwa suka dan cita makin tak terpermanai. Tidak bisa tidak harus dijabarkan dengan gamblang.
Tapi. Kecipak rinai hujan bulan Juni toh mengisyaratkan: masygul dan gulana ini hanya sementara. Tak usah turut serta pada godaaan celaka.
Perempuan datang dan pergi. Satu jua yang harus berani, menghadapi aku dan pelbagai keliaran imaji.
O, aku dan segala emosi.
Perempuan mana betah denganku sampai nanti? Akan kucium keningnya saban hari, kujaga dari jahatnya dunia yang makin tak terkendali.
Yogyakarta, 23 Juni 2016.